skip to main |
skip to sidebar
Muhammad Sang Tauladan Ummat
Oleh : Muhammad Afdhal Sulaiman
kurang lebih 1400 tahun yang lalu lahir seorang manusia suci di kota
Makkah. Bertepatan tanggal 12 rabiul awwal atau tanggal 20 April 571 M
di kota Makkah manusia ini dilahirkan dari rahim seorang ibu bernama
Aminah. Setelah Aminah melahirkan, dia mengirim utusan ke tempat
kakeknya, Abdul Muththalib, untuk menyampaikan kabar gembira tentang
kelahiran cucunya. Maka Abdul Muththalib datang dengan perasaan suka
cita, lalu membawa beliau ke dalam Ka’bah, seraya berdoa kepada Allah
dan bersyukur kepadaNya. Dia memilihkan nama Muhammad Bin Abdullah. Nama
ini belum pernah dikenal di kalangan Arab. Itu lah nama seorang nabi
dan rasulullah yang hingga saat ini selalu disebut-sebut oleh setiap
muslim sebagai sosok tauladan di muka bumi ini.
di waktu kecil
beliau selalu membuat orang-orang di makkah menjadi terkesima dengan
akhlaknya yang terpuji, sehingga di waktu kecilnya beliau mendapatkan
sebutan Al-Amin. Karena kejujuran dan terpercayanya beliau sehingga
Al-Amin itu lengket dengan namanya dan tak dapat dipisahkan.
Kejujurannya ini selalu menghiasi dirinya dalam melakukan apa saja.
Dalam bergaul dengan teman. Dalam berdagang. Bahkan dengan akhlaq nya
yang mulia ini juga membuat majikannya siti khodijah ingin menjadikannya
sebagai suaminya.
Sebelum beliau dilahirkan di makkah, makkah
terkenal dengan kehidupan jahiliyah. Penduduk makkah dikenal dengan
manusia tak berakhlak dan tak bermoral. Salah satu contoh keburukan
akhlaq mereka tampak dari praktek dalam perdagangan. Strategisnya letak
makkah dalam perdangan internasional membuat makkah menjadi pusat
perdagangan. Disinilah praktek-praktek zhalim itu tampak. Kebiasaan
orang jahiliyah dalam berdagang yaitu mereka selalu berbuat kecurangan
dalam timbangan. Melakukan praktek jual beli yang menzhalimi dan menipu.
Selain itu, orang makkah juga suka membunuh bayi perempuannya. Karena
perempuan merupakan simbol ketidakberdayaan. Krena ketidakberdayaan ini
lah membuat mereka tega menguburkan bayi perempuannya dalam keadaan
hidup. Sebaliknya orang makkah sangat bangga dengan kelahiran bayi
laki-lakinya. Bayi laki-laki adalah lambang keberanian. Orang Arab juga
dikenal dengan sifat bangga terhadap suku masing-masing, sehingga
keberadaan anak laki-laki bisa menentukan suku mana yang kuat dan suku
mana yang lemah.
Tidak sesuai nya perbuatan mereka dengan
naluri manusia ini lah beliau ditugaskan oleh Allah untuk merubah
segala kejahilian tersebut, merubah kezhaliman menjadi keharmonisan,
merubah manusia yang amoral menjadi manusia bermoral, merubah manusia
yang menyembah makhluk menjadi manusia penyembah Pencipta makhluk.
Sesuai dengan tugasnya di utus di muka bumi ini.
Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq. ( HR. Ahmad dan Baihaqi).
Akhlaq Rasulullah
Allah berfirman :“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu
suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (QS.
al-Ahzab: 21).
Tugas Rasulullah yang membawa risalah Allah
dimuka bumi ini bukan hanya ia sampaikan tanpa etika. Beliau
menyampaikan ajaran islam bukan hanya sekedar disampaiakn. Al-Quran yang
beliau terima dari Allah melalui malaikat Jibril kemudian ia sampaikan
kepada manusia memerlukan cara yang berakhlaq. Sebelum ia menyampaikan
Beliau perlu menghiasi diri dengan sebaik-baik hiasan dengan akhlaq yang
mulia. Beliau tempelkan segala sifat yang membuat semua orang membuka
mata betapa indahnya agama baru yang beliau sampaikan. Dengan sifat
mulia yang Beliau tampilkan itu lah membuat sebagian orang makkah ketika
itu mulai menggerakkan hati untuk menerima apa yang beliau sampaikan.
Sehingga sedikit demi sedikit pengikutnya semakin bertambah. Itu tidak
lain dan tidak bukan hanya karena akhlaq beliau yang begitu menggoyahkan
hati dan fikiran masyarakat makkah ketika itu. bahkan bukan hanya Abu
Bakar ash-Shiddiq yang lembut itu menjadi pengikut setia beliau, akan
tetapi manusia keras seperti Umarpun ikut membuka hati betapa kuatnya
kemilau akhlaq yang beliau pancarkan.
Sesuugguhnya dalam diri
beliau sarat dengan nilai moral dan akhlaqul karîmah. Suatu ketika
seorang sahabat bertanya kepada ‘Aisyah ra, tentang sifat-sifat
Rasulullah, Aisyah dengan perasaan terharu, mengatakan bahwa khuluquhu
Alquran, (Akhlaq Rasulullah adalah Alquran). Subhanallah. Disini
Rasulullah seperti manivestasi atau jelmaan dari Al-Quran. Rasulullah
seakan-akan Al-quran berjalan. Al-quran bukan hanya ada di dadanya. Akan
tetapi Al-Quran juga tampak dari seluruh gerak tubuhnya.
Ada
sebuah cerita tentang akhlaq beliau. Suatu ketika Rasulullah SAW
berjalan di Kota Makkah. Beliau melihat seorang wanita tua menunggu
seseorang yang bisa dimintai tolong membawakan barangnya.
Benar saja, begitu Rasulullah lewat di depannya, ia memanggil, “Ya ahlal Arab! Tolong bawakan barang ini, nanti akan kubayar.”
Rasulullah SAW sengaja lewat di hadapan nenek itu karena bermaksud
hendak menolongnya. Maka, ketika Rasulullah menghampirinya, beliau
segera mengangkat barang-barang itu seraya berkata, “Aku akan
mengangkatkan barangmu tanpa bayaran.”
Nenek tua itu amat
senang mendengar perkataan tersebut karena selama ini amat jarang orang
membantunya tanpa pamrih. Biasanya, walaupun tidak meminta, tetapi jika
dia memberi bayaran, orang dengan senang hati akan menerimanya. Dia
pandangi wajah Muhammad yang bersih dan teduh. Dia yakin anak muda yang
menolongnya kini adalah seorang pemuda yang berbudi luhur.
Di
tengah perjalanan wanita itu menasihati Rasul. “Kabarnya di Kota Makkah
ini ada seorang yang mengaku nabi, namanya Muhammad. Hati-hatilah engkau
dengan orang itu. Jangan sampai engkau teperdaya dan memercayainya.”
Nenek tua itu sama sekali tidak tahu bahwa pemuda yang menolongnya dan kini bersamanya adalah Muhammad, sang nabi.
Maka, Rasul berkata kepadanya,“AkuiniMuhammad...”
Nenek tua itu terperangah mengetahui pemuda yang menolongnya ada lah
Muhammad yang diceritakannya. Maka, pada saat itu juga nenek itu
langsung meminta maaf dan bersyahadat. Ia pun kemudian memuji akhlak
Rasul. “Sungguh engkau memiliki akhlak yang luhur.”
Ini salah satu contoh akhlaq mulia Rasulullah.
Rasulullah adalah Sosok Tauladan di Segala Aspek Kehidupan
Hari ini banyak kita temukan orang islam saling menyalahkan.
Keberagaman pemahaman manusia dalam memahami agama membuat ummat hari
ini berpolemik berkepanjangan. Perbedaan kemampuan membuka fikiran
memahami agama membuat mereka saling mengkafirkan. Sehingga saling
menghormati antar kelompok yang sama-sama berdakwah di jalan yang
berbeda tak ada lagi dalam diri mereka. Saling menyalahkan dan saling
tak menghargai seperti ini seakan-akan masing-masing kelompok
mengamalkan ajaran Rasulullah setengah-setengah di mata mereka. Yang
berdakwah di masjid seakan-akan menggambarkan kehidupan rasulullah hanya
di masjid tanpa memikirkan dunia luar. Yang berdakwah di pamerintah
yang dipenuhi thaghut-thaghut modern seakan-akan dipandang menyalahi
sistem pemerintah yang pernah Rasulullah komandoi dahulunya. Yang
berdakwah di dunia militer juga di anggap salah karena di anggap
berkhidmat kepada negara yang bukan berdasarkan aturan islam. Mereka
tidak menyadari bahwa dahulunya rasulullah berperan di segala bidang,
baik sebagai pemimpin negara, sebagai panglima perang.
Rasulullah pernah jadi pemimpin negara. Beliau memimpin negara dengan
penuh tanggung jawab. Mengedepankan kepentingan masyarakat di
bandingkan pribadinya. Memimpin dengan empat sifat yang membuat
kepemimpinan terlihat sangat ideal yaitu sifat Shiddiq, Amanah, Fathanah
dan tabligh. Bukan menjadikan jabatan pemimpin sekedar penguasa sebuah
negara, akan tetapi Beliau menjadikan pemimpin sebagai Alat menuju
kejayaan Islam. Karena misi yang suci ini lah politik yang beliau
lakukan terlihat indah. Sangat berbeda pemimpin hari ini yang selalu
mengedepankan hawa nafsu tanpa misi yang mulia seperti beliau. Sehingga
kepemimpinan hari ini terlihat menakutkan.
Dalam urusan yang
lebih kecil dari skala negara, Rasulullah sosok yang harus ditauladani
dalam urusan rumah tangga. Beliau seorang ayah yang bertanggung jawab
terhadap keluarganya. Dalam keluarganya beliau berperan sebagai seorang
ayah, suami dan pemimpin rumah tangga. Beliau sangat kerap membantu
istrinya dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Dalam buku Insan
kamil karangan Dr. Sayyid Muhammad Alwy al-Maliky, disebutkan bahwa
Al-‘Aswad datang bertanya kepada Aisyah apakah yang dikerjakan Nabi SAW
bila ada dirumah? Aisyah menjawab: “Ia membantu istrinya, hingga apabila
datang waktu shalat, maka ditinggalkannya apa yang dikerjakan. Beliau
bukan orang yang congkak. Bahkan beliau mengerjakan sendiri apa yang
diperlukan. Imam Ahmad dalam Musnad dari Aisyah berkata, “bahkan Nabi
SAW menjahit baju dan memperbaiki sandalnya sendiri. Bekerja seperti
halnya orang lain mengerjakannya”.
Rasulullah
mempersonifikasikan peran dari ayah dan suami yang sempurna. Dia sangat
baik dan toleran terhadap istri-istrinya sehingga mereka tak bisa
membayangkan hidup tanpa dirinya, dan mereka tidak ingin jauh darinya.
Rasulullah adalah kepala keluarga yang sempurna. Menangani banyak
wanita dengan tenang, menjadi kekasih hati mereka, pembimbing pikiran
mereka, pendidik jiwa mereka dan sekaligus tidak lupa dengan persoalan
umatnya atau mengabaikan tugasnya. Rasulullah sangat unggul dalam segala
aspek kehidupannya.
Beliau adalah suami yang luar biasa, ayah
yang sempurna, dan kakek yang istimewa dalam banyak hal. Beliau
memperlakukan anak cucunya dengan kasih sayang yang besar, dan tidak
pernah lupa untuk membimbing mereka menuju akhirat dan mengajak mereka
beramal baik. Beliau tersenyum pada mereka, merawat dan mencintai
mereka.
Dalam sebuah Hadits yang disampaikan oleh Muslim, Anas ibn
Malik, yang menjadi pelayan Rasulullah selama 10 tahun, mengatakan:” aku
tidak pernah melihat seorang pria yang lebih sayang kepada anggota
keluarganya selain Muhammad SAW”.
Itu sedikit dari tauladan
rasulullah. Sesunggahnya Beliau selalu mengajarkan kita untuk
memperhatika segala aspek kehidupan harus dilihat dari kecamata agama.
Karena agama adalah selalu mengedepankan maslahat setiap urusan, baik
dalam lingkaran keluarga, maupun negara. Baik urusan kecil maupun urusan
besar. Dengan seringnya kita memperhatikan bagaimana ketauladanan yang
Rasulullah contohkan, semoga kita bisa semakin cinta akan agama ini dan
semakin cinta kepada Beliau. Wallahu A'lam.