Social Icons

Pages

Sunday 5 May 2013

Muhammad Sang Tauladan Ummat

Oleh : Muhammad Afdhal Sulaiman


kurang lebih 1400 tahun yang lalu lahir seorang manusia suci di kota Makkah. Bertepatan tanggal 12 rabiul awwal atau tanggal 20 April 571 M di kota Makkah manusia ini dilahirkan dari rahim seorang ibu bernama Aminah. Setelah Aminah melahirkan, dia mengirim utusan ke tempat kakeknya, Abdul Muththalib, untuk menyampaikan kabar gembira tentang kelahiran cucunya. Maka Abdul Muththalib datang dengan perasaan suka cita, lalu membawa beliau ke dalam Ka’bah, seraya berdoa kepada Allah dan bersyukur kepadaNya. Dia memilihkan nama Muhammad Bin Abdullah. Nama ini belum pernah dikenal di kalangan Arab. Itu lah nama seorang nabi dan rasulullah yang hingga saat ini selalu disebut-sebut oleh setiap muslim sebagai sosok tauladan di muka bumi ini.

di waktu kecil beliau selalu membuat orang-orang di makkah menjadi terkesima dengan akhlaknya yang terpuji, sehingga di waktu kecilnya beliau mendapatkan sebutan Al-Amin. Karena kejujuran dan terpercayanya beliau sehingga Al-Amin itu lengket dengan namanya dan tak dapat dipisahkan. Kejujurannya ini selalu menghiasi dirinya dalam melakukan apa saja. Dalam bergaul dengan teman. Dalam berdagang. Bahkan dengan akhlaq nya yang mulia ini juga membuat majikannya siti khodijah ingin menjadikannya sebagai suaminya.

Sebelum beliau dilahirkan di makkah, makkah terkenal dengan kehidupan jahiliyah. Penduduk makkah dikenal dengan manusia tak berakhlak dan tak bermoral. Salah satu contoh keburukan akhlaq mereka tampak dari praktek dalam perdagangan. Strategisnya letak makkah dalam perdangan internasional membuat makkah menjadi pusat perdagangan. Disinilah praktek-praktek zhalim itu tampak. Kebiasaan orang jahiliyah dalam berdagang yaitu mereka selalu berbuat kecurangan dalam timbangan. Melakukan praktek jual beli yang menzhalimi dan menipu.

Selain itu, orang makkah juga suka membunuh bayi perempuannya. Karena perempuan merupakan simbol ketidakberdayaan. Krena ketidakberdayaan ini lah membuat mereka tega menguburkan bayi perempuannya dalam keadaan hidup. Sebaliknya orang makkah sangat bangga dengan kelahiran bayi laki-lakinya. Bayi laki-laki adalah lambang keberanian. Orang Arab juga dikenal dengan sifat bangga terhadap suku masing-masing, sehingga keberadaan anak laki-laki bisa menentukan suku mana yang kuat dan suku mana yang lemah.

Tidak sesuai nya perbuatan mereka dengan naluri manusia ini lah beliau ditugaskan oleh Allah untuk merubah segala kejahilian tersebut, merubah kezhaliman menjadi keharmonisan, merubah manusia yang amoral menjadi manusia bermoral, merubah manusia yang menyembah makhluk menjadi manusia penyembah Pencipta makhluk. Sesuai dengan tugasnya di utus di muka bumi ini.

Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq. ( HR. Ahmad dan Baihaqi).

Akhlaq Rasulullah

Allah berfirman :“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (QS. al-Ahzab: 21).

Tugas Rasulullah yang membawa risalah Allah dimuka bumi ini bukan hanya ia sampaikan tanpa etika. Beliau menyampaikan ajaran islam bukan hanya sekedar disampaiakn. Al-Quran yang beliau terima dari Allah melalui malaikat Jibril kemudian ia sampaikan kepada manusia memerlukan cara yang berakhlaq. Sebelum ia menyampaikan Beliau perlu menghiasi diri dengan sebaik-baik hiasan dengan akhlaq yang mulia. Beliau tempelkan segala sifat yang membuat semua orang membuka mata betapa indahnya agama baru yang beliau sampaikan. Dengan sifat mulia yang Beliau tampilkan itu lah membuat sebagian orang makkah ketika itu mulai menggerakkan hati untuk menerima apa yang beliau sampaikan. Sehingga sedikit demi sedikit pengikutnya semakin bertambah. Itu tidak lain dan tidak bukan hanya karena akhlaq beliau yang begitu menggoyahkan hati dan fikiran masyarakat makkah ketika itu. bahkan bukan hanya Abu Bakar ash-Shiddiq yang lembut itu menjadi pengikut setia beliau, akan tetapi manusia keras seperti Umarpun ikut membuka hati betapa kuatnya kemilau akhlaq yang beliau pancarkan.

Sesuugguhnya dalam diri beliau sarat dengan nilai moral dan akhlaqul karîmah. Suatu ketika seorang sahabat bertanya kepada ‘Aisyah ra, tentang sifat-sifat Rasulullah, Aisyah dengan perasaan terharu, mengatakan bahwa khuluquhu Alquran, (Akhlaq Rasulullah adalah Alquran). Subhanallah. Disini Rasulullah seperti manivestasi atau jelmaan dari Al-Quran. Rasulullah seakan-akan Al-quran berjalan. Al-quran bukan hanya ada di dadanya. Akan tetapi Al-Quran juga tampak dari seluruh gerak tubuhnya.

Ada sebuah cerita tentang akhlaq beliau. Suatu ketika Rasulullah SAW berjalan di Kota Makkah. Beliau melihat seorang wanita tua menunggu seseorang yang bisa dimintai tolong membawakan barangnya.
Benar saja, begitu Rasulullah lewat di depannya, ia memanggil, “Ya ahlal Arab! Tolong bawakan barang ini, nanti akan kubayar.”

Rasulullah SAW sengaja lewat di hadapan nenek itu karena bermaksud hendak menolongnya. Maka, ketika Rasulullah menghampirinya, beliau segera mengangkat barang-barang itu seraya berkata, “Aku akan mengangkatkan barangmu tanpa bayaran.”

Nenek tua itu amat senang mendengar perkataan tersebut karena selama ini amat jarang orang membantunya tanpa pamrih. Biasanya, walaupun tidak meminta, tetapi jika dia memberi bayaran, orang dengan senang hati akan menerimanya. Dia pandangi wajah Muhammad yang bersih dan teduh. Dia yakin anak muda yang menolongnya kini adalah seorang pemuda yang berbudi luhur.

Di tengah perjalanan wanita itu menasihati Rasul. “Kabarnya di Kota Makkah ini ada seorang yang mengaku nabi, namanya Muhammad. Hati-hatilah engkau dengan orang itu. Jangan sampai engkau teperdaya dan memercayainya.”

Nenek tua itu sama sekali tidak tahu bahwa pemuda yang menolongnya dan kini bersamanya adalah Muhammad, sang nabi.

Maka, Rasul berkata kepadanya,“AkuiniMuhammad...”

Nenek tua itu terperangah mengetahui pemuda yang menolongnya ada lah Muhammad yang diceritakannya. Maka, pada saat itu juga nenek itu langsung meminta maaf dan bersyahadat. Ia pun kemudian memuji akhlak Rasul. “Sungguh engkau memiliki akhlak yang luhur.”
Ini salah satu contoh akhlaq mulia Rasulullah.

Rasulullah adalah Sosok Tauladan di Segala Aspek Kehidupan

Hari ini banyak kita temukan orang islam saling menyalahkan. Keberagaman pemahaman manusia dalam memahami agama membuat ummat hari ini berpolemik berkepanjangan. Perbedaan kemampuan membuka fikiran memahami agama membuat mereka saling mengkafirkan. Sehingga saling menghormati antar kelompok yang sama-sama berdakwah di jalan yang berbeda tak ada lagi dalam diri mereka. Saling menyalahkan dan saling tak menghargai seperti ini seakan-akan masing-masing kelompok mengamalkan ajaran Rasulullah setengah-setengah di mata mereka. Yang berdakwah di masjid seakan-akan menggambarkan kehidupan rasulullah hanya di masjid tanpa memikirkan dunia luar. Yang berdakwah di pamerintah yang dipenuhi thaghut-thaghut modern seakan-akan dipandang menyalahi sistem pemerintah yang pernah Rasulullah komandoi dahulunya. Yang berdakwah di dunia militer juga di anggap salah karena di anggap berkhidmat kepada negara yang bukan berdasarkan aturan islam. Mereka tidak menyadari bahwa dahulunya rasulullah berperan di segala bidang, baik sebagai pemimpin negara, sebagai panglima perang.

Rasulullah pernah jadi pemimpin negara. Beliau memimpin negara dengan penuh tanggung jawab. Mengedepankan kepentingan masyarakat di bandingkan pribadinya. Memimpin dengan empat sifat yang membuat kepemimpinan terlihat sangat ideal yaitu sifat Shiddiq, Amanah, Fathanah dan tabligh. Bukan menjadikan jabatan pemimpin sekedar penguasa sebuah negara, akan tetapi Beliau menjadikan pemimpin sebagai Alat menuju kejayaan Islam. Karena misi yang suci ini lah politik yang beliau lakukan terlihat indah. Sangat berbeda pemimpin hari ini yang selalu mengedepankan hawa nafsu tanpa misi yang mulia seperti beliau. Sehingga kepemimpinan hari ini terlihat menakutkan.

Dalam urusan yang lebih kecil dari skala negara, Rasulullah sosok yang harus ditauladani dalam urusan rumah tangga. Beliau seorang ayah yang bertanggung jawab terhadap keluarganya. Dalam keluarganya beliau berperan sebagai seorang ayah, suami dan pemimpin rumah tangga. Beliau sangat kerap membantu istrinya dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Dalam buku Insan kamil karangan Dr. Sayyid Muhammad Alwy al-Maliky, disebutkan bahwa Al-‘Aswad datang bertanya kepada Aisyah apakah yang dikerjakan Nabi SAW bila ada dirumah? Aisyah menjawab: “Ia membantu istrinya, hingga apabila datang waktu shalat, maka ditinggalkannya apa yang dikerjakan. Beliau bukan orang yang congkak. Bahkan beliau mengerjakan sendiri apa yang diperlukan. Imam Ahmad dalam Musnad dari Aisyah berkata, “bahkan Nabi SAW menjahit baju dan memperbaiki sandalnya sendiri. Bekerja seperti halnya orang lain mengerjakannya”.

Rasulullah mempersonifikasikan peran dari ayah dan suami yang sempurna. Dia sangat baik dan toleran terhadap istri-istrinya sehingga mereka tak bisa membayangkan hidup tanpa dirinya, dan mereka tidak ingin jauh darinya.
Rasulullah adalah kepala keluarga yang sempurna. Menangani banyak wanita dengan tenang, menjadi kekasih hati mereka, pembimbing pikiran mereka, pendidik jiwa mereka dan sekaligus tidak lupa dengan persoalan umatnya atau mengabaikan tugasnya. Rasulullah sangat unggul dalam segala aspek kehidupannya.

Beliau adalah suami yang luar biasa, ayah yang sempurna, dan kakek yang istimewa dalam banyak hal. Beliau memperlakukan anak cucunya dengan kasih sayang yang besar, dan tidak pernah lupa untuk membimbing mereka menuju akhirat dan mengajak mereka beramal baik. Beliau tersenyum pada mereka, merawat dan mencintai mereka.
Dalam sebuah Hadits yang disampaikan oleh Muslim, Anas ibn Malik, yang menjadi pelayan Rasulullah selama 10 tahun, mengatakan:” aku tidak pernah melihat seorang pria yang lebih sayang kepada anggota keluarganya selain Muhammad SAW”.

Itu sedikit dari tauladan rasulullah. Sesunggahnya Beliau selalu mengajarkan kita untuk memperhatika segala aspek kehidupan harus dilihat dari kecamata agama. Karena agama adalah selalu mengedepankan maslahat setiap urusan, baik dalam lingkaran keluarga, maupun negara. Baik urusan kecil maupun urusan besar. Dengan seringnya kita memperhatikan bagaimana ketauladanan yang Rasulullah contohkan, semoga kita bisa semakin cinta akan agama ini dan semakin cinta kepada Beliau. Wallahu A'lam.
Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment

 

Sample Text

Sample Text