Social Icons

Pages

Saturday 4 May 2013

Setetes Nasehat di 80 Coret



Senin, 9 januari 2011
Oleh : Muhammad Afdhal Sulaiman 


Sore itu langit kairo cerah disinari matahari yang tak pernah bosan menemani meskipun ketika itu angin sepoi-sepoi musim dingin juga ikut menerpa. Namun dinginnya kairo tetap terasa normal karena keseimbangan angin dan panasnya matahari bak dua teman sejoli yang selalu bersama. Ketika itu pula mahasiswa tingkat II jurusan syariah islamiyah juga sibuk dengan khusuk nya dalam menjawab soal-soal ujian, sore itu memang hari pertama ujian tingkat II untuk termen satu ini. ujian al-azhar termen satu memang selalu tepat pada musim dingin, jadi tidak heran lagi jika mahasiswa ujian dengan menggunakan perlengkapan dingin yang lengkap seperti terkurung di kutub utara atau selatan. Semua teman-teman khusyu memikirkan jawaban dari soal-soal azhar yang menggigit itu, akupun tak kalah khusyuknya dari mereka.

Tepat pada jam 3 beriringan dengan azan asar akupun bisa menyelesaikan soal-soal Azhar waktu itu. Aku tak tau jawaban itu benar atau salah, karena aku memang tak mempunyai persiapan penuh. Munkin itu juga kesalahanku sendiri tak mempersiapkan dengan maksimal, mata kuliah yang diktatnya tebal harus dihafal dalam waktu tiga hari, dua hari untuk memahami dan satu hari untuk menghafal. meskipun yang dihafal hanya ayat dan hadis tapi untuk mahasiswa yang cara belajarnya normal tak seharusnya menghafal dalam waktu sehari sebelum ujian, yah… hanya tawakkal kepada Allah saja yang dapat ku perbuat setelah bersetungkin menghafal dan membaca bak ulama besar dalam  tiga hari. moga saja maqbul.’maqbul’? bukannya maqbul itu nilai paling rendah? Ya memang seharus nya maqbul target ku pada waktu itu karena tak munkin mendapatkan mumtaz apabila menghafal dalam sehari. tak terasa dua jam yang aku lewatkan dalam menyelesaikan jawaban pun berlalu dan bergegas kedepan untuk menyerahkan lembar jawabanku.

’Tamam?’. pengawas pun bertanya. 

“Insallah ya Ro’is”. dengan fasihnya ku menjawab insallah. 

ya munkin memang hanya  jawaban itu yang bisa ku jawab. tamam atau tidak tamamnya jawabankita, kita memang seharusnya menjawab dengan insyallah. Karena Allah yang maha menghendaki terhadap ketetapan nilai, bisa jadi jawaban tamam tidak mendapatkan mumtaz, dan bisa jadi jawaban yang kita anggap tak tamam bisa mendapatkan mumtaz, tapi itu semua tergantung  dengan usaha kita tentunya.

Setelah keluar dari aula imam bukhari akupun bergegas menuju terminal darosah. imam Bukhari adalah nama perawi hadis.  Namanya dipinjam untuk pemakaian nama aula itu. semoga aula itu terus-menerus  menghasilkan para muhadditsin terkenal untuk melanjutkan perjuangan beliau dulu untuk mempertahankan kesucian hadis Rasulullah saw. seperti Sheikh Usamah yang terus memberikan durus hadis dipagi hari dengan dikelilingi murid dari berbagai Negara dimasjid Al-azhar.

Setelah 10 menit berjalan menuju terminal darosah akupun langsung naik bus jurusan ‘Asyir yang biasanya berkode 80 coret, yaitu angka 80 yang disilang dengan satu coretan. Tujuan ku hanya ke sadis, kebetulan bus ini rutenya melewati Sadis Nasr city Kairo.  Dengan sigap aku naik bus melewati pintu bagian depan yang biasanya pintu depan ini digunakan untuk pintu turun, aku langsung menyelonong kedalam bus.
‘alhamdulillah masih banyak bangku yang kosong, mungkin mahasiswa masih banyak yang belum pulang karena masih sibuk menjawab ujian’, hatiku berguman. 

Dari depan ku melihat seorang senior dari MAPK yang sedang duduk dibagian belakang bus, akupun melambaikan tangan kepada kakak ini. masa MAPK aku memang tak bertemu dengan beliau, hanya saja ukhuwah yang pernah MAPK ajarkan bisa terus memberikan atsar yang kuat terhadap alumnus MAPK, meskipun kami jarang bertemu kami tak merasa asing untuk mengobrol dengan pertemuan yang tak disengaja ini.
 
‘Assalamualaikum kak’, ku sapa sambil memberikan senyuman. 
‘Waalaikumussalam ya afdhal, kaifahaluk?’ beliau menyapaku dengan bahasa arab.
‘Alhamdulillah khair ya akhy’, reflek ku menjawab dengan bahasa arab juga.
Trus kami mengobrol dengan bahasa arab. Aku sempat gugup karena kemampuanku yang sangat minim tentang bahasa arab meskipun sudah hampir satu tahun lebih hidup dikairo.

Seiring berjalannya bus  menelusuri kota klasik itu kami pun juga asyik berbual, saling bertanya kabar masing-masing teman anggota rumah kami. Aku bertanya kabar kak marwan, akh fauzan dan beberapa teman lainnya yang satu rumah dengan beliau, dan begitu juga sebaliknya beliau menanyakan kabar teman-temanku, banyak hal yang beliau tanyakan, seperti bagaiaman semangat teman-teman, baik semangat ibadah maupun semangat belajar. aku selaku junior merasa senang ketika ada senior-senior yang menanykan tentang semangat ibadah dan menunutut ilmu, senior-senior yang ada seperti kakak kandungku sendiri. Ala kulli halin Alahmdulillah atas nikmat ikhuwah yang Allah berikan. ya robby...berkahi ukhwah yang telah terjalin ini.

Sepanjang perjalanan beliau banyak sharing seputar ilmu dan talaqqi, banyak saran yang beliau berikan kepadaku seputar ilmu dan talaqqi. Tak heran jika ia menasehati tentang ilmu sekaligus tentang talaqqi yang mana hubungan antara ilmu dan talaqqi sangat lah erat, ada sepotong kalimat mengatakan "Al-'ilmu bit talaqqi".
Setelah lama cerita tentang ilmu dan talaqqi tiba-tiba beliau bertanya tentang salah satu anggota rumahku yang bernama huda.
'Dhal..bagaimana kabar Huda'?, Alhamdulillah dia sehat kak dan semua anggota rumah OK.
'oya…Huda sering berkunjung pirate house gak? Ya kak…dia cukup sering kesana.
Pirate house adalah nama sebuah rumah dari anggota mahasiswa minang dimesir, rumah-rumah mahasiswa minang biasanya diberi nama. Ada namanya Darul Huffazh, ada andalus dan ada juga rumah imut, semua itu tergantung kebijakan anggota rumah masing-masing ingin menamakan rumahnya dengan nama apa yang mereka suka. Kalau rumah kami kami namakan dengan Andalus dan rumah beliau dan temannya mereka namakan dengan Veteran. 
'memangnya kenapa kak? Aku bertanya.
'afdhal taukan anggota rumah itu gimana?
'tau kak'. Aku menjawab.
Anggota Pirate House adalah anggota rumah mahasiswa yang semuanya perokok. aku tau beliau menanykan tentang Huda karena beliau takut Huda juga ikut terpengaruh apabila huda sering berkunjung kerumah yang angotanya semuanya perokok.

Agar beliau tak berburuk sangka akupun menjelaskan bahwa Huda tak merokok dan tak akan terpengaruh oleh mereka yang perokok. Tapi beliau tetap mencemaskan semua itu dan beliau mulai menasehati:
'Dhal……kakak tau semua niat antum ke mesir dengan niat belajar. Tak ada niat antum ke mesir kecuali belajar dan kakak sangat yaqin akan itu. Kalian mempunyai potensi untuk menjadi ahli apapun jika kalian semangat dan bisa mempertahankan niat awal antum dulu. Potensi itu bagaikan biji.  Biji itu tergantung pada tempat di mana ia ditaburkan. Apabila ditaburkan di tanah yang subur, maka biji itu akan tumbuh besar dengan menghasilkan kualitas yang bagus. Dan apabila di taburkan dipadang pasir maka biji itu tak punya kekuatan untk berhasil tumbuh dipadang pasir yang gersang, sehingga tak asing jika diakhiri dengan kematian.Begitu juga potensi. Apabila potensi itu bagus jika dikembngkan di biah yang tak mendukung , maka semantap apaun potensi yang dimiliki tak akan pernah berkembang. Potensi hanya tinggal lah potensi, potensi tak akan berfungsi jika ia jauh dari biah yang bisa mensupportnya'.
'Kalau kita hidup di biah yang salah, sekuat apapun power kita untuk membentenginya semakin lama akan semakin lemah, karena batu tak akan hancur apabila di pukul hanya dengan satu pukulan, besi tak akan meleleh jika dibakar dalam sekejap, butuh proses untuk mengubah segalanya, yang jelas semua akan berubah apabila kita terus berada dalam sebuah biah, baik biah hasanah maupun sayyiah'.

Beliau menganalogikan potensi dengan tumbuhan, beliau juga menganalogikan kekuatan iman kita dari pengaruh buruk dengan kekuatan besi tak bisa lunak kecuali dibakar dalam waktu yang lama. Semuanya bisa terpengaruh, semuanya bisa berubah tergantung dimana kita tinggal dan dengan siapa kita bergaul.
Ya Robby....Tetapkanlah hati kami untuk selalu berada di jalanmu...


Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment

 

Sample Text

Sample Text