Oleh : Muhammad
Afdhal Sulaiman
Semakin lama kita berjalan semakin banyak kita temukan warna-warni
kehidupan, kadangkala kita bisa melihat kesenangan dan kadangkala kesedihan
juga tak jarang menghampiri setiap ruang dari kehidupan kita. Tak semua jalan
yang kita lalui lurus seperti jembatan layang, dan tak semua samudra yang kita arungi selalu tenang.
semuanya pasti ada rintangan. Badai samudra atau jalan-jalan yang berlobang
selalu menghambat kendaraan kita dalam menjalani skenario dalam perfileman
kehidupan. Sehingga perbedaan profesi dan keadaan kita di dunia ini sudah
dianggap biasa, ada kaya dan ada yang miskin, ada saatnya suka dan ada saatnya
berduka.
Dalam kehidupan di sekeliling
kita, secara wajar orang kaya selalu dipasangkan dengan kehidupan yang senang,
sedangkan yang miskin lebih dekat dengan kecemasan dan ketidaktenangan. Disisi
lain Kita juga sering melihat orang-orang kaya kita temukan mereka merasa tak bahagia dalam
menjalani kehidupan mereka sebagai orang kaya, dan kita juga sering melihat
orang-orang yang tak mampu secara materi diantara kita justru mereka yang selalu memberikan
senyuman hangat kepada kita sehingga senyuman mereka menunjukkan betapa bahagia
mereka dalam menjalani kehidupan.
Ketika kita menyaksikan kehidupan saudara kita di Palestina
di televisi, kita bayangkan betapa menyedihkan kehidupan mereka. dalam sekejap
mereka mendapatkan serangan, hari-hari mereka selalu diberi pemandangan yang
penuh dengan kezoliman. Mereka tak lagi sempat memikirkan bagaimana masa depan
kehidupan mereka. tak ada ruang waktu untuk banyak berbuat dalam meraih cita-cita
menjadi orang kaya atau senang secara materi. Akan tetapi kenapa setiap relawan
yang pulang dari sana selalu membawa cerita yang menarik. Seperti bagiamana
mereka masih menebarkan senyuman bahagia di balik problem yang mereka hadapi
sehingga apa yang terjadi disana mereka anggap hiasan hidup yang mesti dijalani
dengan senyuman serta semangat.
Sebaliknya coba kita lihat bagimana
kehidupan salah satu Negara timur, yaitu korea. Seorang psikolog dari
universitas Yonsei mengungkapkan bahwa Negara korea ternyata memiliki tingkat
bunuh diri tertinggi didunia. Apabila kita bandingkan Negara korea adalah
Negara yang jauh lebih aman dibandingkan Negara palestina, tapi kenapa justru
di negara yang aman banyak terjadi bunuh diri yang mana bunuh diri adalah salah
satunya disebabkan oleh frustasi atau paniknya menghadapi peliknya kehidupan.
Sebenarnya apa factor yang membuat perbedanaan warna dari dua
contoh Negara di atas? Jika kemiskinana yang membuat tak tenang kenapa justru
orang korea yang banyak mengalami kasus bunuh diri? Kenapa tidak masyarakat
Somalia yang banyak mati bunuh diri karena tak sanggup mencari makan? Kenapa
tak masyarakat palestina yang mendapat angka bunuh diri tertinggi didunia
disebabkan mereka selalu dizolimi dengan banyaknya serangan? Pertanyaan demi
pertanyaan selalu menerawang dalam fikiran kita sehingga kita bingung apa arti
kebahagiaan yang sebenarnya dan apa yang bisa membuat kita bahagia dalam
menjalani kehidupan ini.
Allah
berfirman :
قل بفضل الله وبرحمته فبذالك فليفرحوا هو خيرمما يجمعون
Artinya :
katakanlah (Muhammad), “dengan karunia Allah dan
rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Itu lebih baik dari pada
apa yang mereka kumpulkan. (QS. Yunus
58).
dalam sebuah tafsir ‘fadhlun’ artinya adalah ‘Al-quran’.
Allah menyuruh kita yang beriman agar dengan Al-quran lah yang pantas bagi kita
untuk bahagia, dengan ajaran Al-quran lah kita bisa tenang menjalani kehidupan ini,
karena dalam Alquranlah terdapat ajaran pokok agama islam sehingga islam dengan
detail bisa membimbing penganutnya kearah jalan kehidupan yang berarti tanpa
kecemasan.
Jika
kita sesuaikan dua contoh masyarkat diatas dengan kandungan ayat maka jelas dengan
mudah kita temukan apa factor yang membuat mereka berbeda dalam menghadapi
masalah. Apabila al-quran lah yang membuat hidup terasa nikmat maka tak heran
jika kita mendengar berita anak-anak
palestina mengadakan acara wisudah al-quran dengan jumlah ribuan peserta,
keheranan kita akan pupus hilang karena jawaban konkrit yang membuat orang
palestina bisa tenang dan kuat karena “Al-quran”, kitab suci itulah yang
membuat mereka bahagia. sungguh arti kebahagiaan disisi orang mukmin itu mutlak
dengan “Mengamalkan Al-quran”.
Lalu bagaimana dengan
orang korea? Hawang Sang-Min, seorang psikolog dari universitas Yonsei itu
mengungkapkan bahwa orang korea cendrung membentuk identitas mereka sesuai
pandangan orang lain terhadapnya.
Sehingga mereka lebih dominan menjalani hidup tidak sesuai dengan apa
yang mereka inginkan dari hati mereka sendiri. Akan tetapi ada faktor lain yang
tak jauh lebih besar pengaruhnya terhadap tindakan mereka, yaitu ‘Faktor
Agama’. Hampir setengah penduduk korea tidak memiliki agama. sehingga ketika
mereka mengalami depresi, penghargaan terhadap nilai kehidupan pun ikut rendah
sehingga tak heran mengakhiri kehidupan mereka dengan bunuh diri.
Saudaraku..
Andai kebahgiaan itu berdasarkan harta kenapa bukan qorun yang dicatat
Al-quran sebagai orang yang paling bahagia. Jika kebahagiaan itu berdasarkan
kekuasaan kenapa tidak nama firaun yang disebut sebagai orang paling bahagia. "هو خير مما يجمعون"
(Itu lebih baik dari pada apa yang mereka kumpulkan ), sesungguhnya
segala sesuatu yang membuat bahagia didunia ini apabila dikumpulkan tak akan
bisa mengalahkan kebahagiaan bersama Al-quran.
Kita selaku beriman sudah semestinya
kita selalu intropeksi diri dan selalu menanyakan kepada hati kecil kita kenapa
kita bahagia dan kenapa kita bersedih, andai kita diberi hadiah miliyaran
rupiah kita pasti akan bahagia, tapi pertanyaan kabahagian mesti kita ketahui
jawaban pasti kenapa kita bahagia dan seberapa persen bahagia mendapatkan
hadiah tersebut bila dibandingkan dengan persenan kebahagian kita membaca dan
berteman dengan Al-quran. kita sama-sama mengharapkan dan berdoa kepada Allah
agar kita bisa menentukan barometer atau ukuran standar kebahagian yang
sebenarnya dalam menjalani kehidupan yang penuh fitnah ini. Wallahu A’lam.