Social Icons

Pages

Saturday 4 May 2013

Barometer Kebahagiaan


Oleh : Muhammad Afdhal Sulaiman

Semakin lama kita berjalan semakin banyak kita temukan warna-warni kehidupan, kadangkala kita bisa melihat kesenangan dan kadangkala kesedihan juga tak jarang menghampiri setiap ruang dari kehidupan kita. Tak semua jalan yang kita lalui lurus seperti jembatan layang, dan tak semua  samudra yang kita arungi selalu tenang. semuanya pasti ada rintangan. Badai samudra atau jalan-jalan yang berlobang selalu menghambat kendaraan kita dalam menjalani skenario dalam perfileman kehidupan. Sehingga perbedaan profesi dan keadaan kita di dunia ini sudah dianggap biasa, ada kaya dan ada yang miskin, ada saatnya suka dan ada saatnya berduka.
 Dalam kehidupan di sekeliling kita, secara wajar orang kaya selalu dipasangkan dengan kehidupan yang senang, sedangkan yang miskin lebih dekat dengan kecemasan dan ketidaktenangan. Disisi lain Kita juga sering melihat orang-orang kaya  kita temukan mereka merasa tak bahagia dalam menjalani kehidupan mereka sebagai orang kaya, dan kita juga sering melihat orang-orang yang tak mampu secara materi diantara  kita justru mereka yang selalu memberikan senyuman hangat kepada kita sehingga senyuman mereka menunjukkan betapa bahagia mereka dalam menjalani kehidupan.
Ketika kita menyaksikan kehidupan saudara kita di Palestina di televisi, kita bayangkan betapa menyedihkan kehidupan mereka. dalam sekejap mereka mendapatkan serangan, hari-hari mereka selalu diberi pemandangan yang penuh dengan kezoliman. Mereka tak lagi sempat memikirkan bagaimana masa depan kehidupan mereka. tak ada ruang waktu untuk banyak berbuat dalam meraih cita-cita menjadi orang kaya atau senang secara materi. Akan tetapi kenapa setiap relawan yang pulang dari sana selalu membawa cerita yang menarik. Seperti bagiamana mereka masih menebarkan senyuman bahagia di balik problem yang mereka hadapi sehingga apa yang terjadi disana mereka anggap hiasan hidup yang mesti dijalani dengan senyuman serta semangat.
            Sebaliknya coba kita lihat bagimana kehidupan salah satu Negara timur, yaitu korea. Seorang psikolog dari universitas Yonsei mengungkapkan bahwa Negara korea ternyata memiliki tingkat bunuh diri tertinggi didunia. Apabila kita bandingkan Negara korea adalah Negara yang jauh lebih aman dibandingkan Negara palestina, tapi kenapa justru di negara yang aman banyak terjadi bunuh diri yang mana bunuh diri adalah salah satunya disebabkan oleh frustasi atau paniknya menghadapi peliknya kehidupan.
Sebenarnya apa factor yang membuat perbedanaan warna dari dua contoh Negara di atas? Jika kemiskinana yang membuat tak tenang kenapa justru orang korea yang banyak mengalami kasus bunuh diri? Kenapa tidak masyarakat Somalia yang banyak mati bunuh diri karena tak sanggup mencari makan? Kenapa tak masyarakat palestina yang mendapat angka bunuh diri tertinggi didunia disebabkan mereka selalu dizolimi dengan banyaknya serangan? Pertanyaan demi pertanyaan selalu menerawang dalam fikiran kita sehingga kita bingung apa arti kebahagiaan yang sebenarnya dan apa yang bisa membuat kita bahagia dalam menjalani kehidupan ini.
Allah berfirman :
قل بفضل الله وبرحمته  فبذالك فليفرحوا هو خيرمما يجمعون
Artinya :
katakanlah (Muhammad), “dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Itu lebih baik dari pada apa yang mereka kumpulkan. (QS. Yunus 58).
dalam sebuah tafsir ‘fadhlun’ artinya adalah ‘Al-quran’. Allah menyuruh kita yang beriman agar dengan Al-quran lah yang pantas bagi kita untuk bahagia, dengan ajaran Al-quran lah kita bisa tenang menjalani kehidupan ini, karena dalam Alquranlah terdapat ajaran pokok agama islam sehingga islam dengan detail bisa membimbing penganutnya kearah jalan kehidupan yang berarti tanpa kecemasan.
            Jika kita sesuaikan dua contoh masyarkat diatas dengan kandungan ayat maka jelas dengan mudah kita temukan apa factor yang membuat mereka berbeda dalam menghadapi masalah. Apabila al-quran lah yang membuat hidup terasa nikmat maka tak heran jika kita mendengar berita  anak-anak palestina mengadakan acara wisudah al-quran dengan jumlah ribuan peserta, keheranan kita akan pupus hilang karena jawaban konkrit yang membuat orang palestina bisa tenang dan kuat karena “Al-quran”, kitab suci itulah yang membuat mereka bahagia. sungguh arti kebahagiaan disisi orang mukmin itu mutlak dengan “Mengamalkan Al-quran”.
            Lalu bagaimana dengan orang korea? Hawang Sang-Min, seorang psikolog dari universitas Yonsei itu mengungkapkan bahwa orang korea cendrung membentuk identitas mereka sesuai pandangan orang lain terhadapnya.  Sehingga mereka lebih dominan menjalani hidup tidak sesuai dengan apa yang mereka inginkan dari hati mereka sendiri. Akan tetapi ada faktor lain yang tak jauh lebih besar pengaruhnya terhadap tindakan mereka, yaitu ‘Faktor Agama’. Hampir setengah penduduk korea tidak memiliki agama. sehingga ketika mereka mengalami depresi, penghargaan terhadap nilai kehidupan pun ikut rendah sehingga tak heran mengakhiri kehidupan mereka dengan bunuh diri.
Saudaraku..
Andai kebahgiaan itu berdasarkan harta kenapa bukan qorun yang dicatat Al-quran sebagai orang yang paling bahagia. Jika kebahagiaan itu berdasarkan kekuasaan kenapa tidak nama firaun yang disebut sebagai orang paling bahagia. "هو خير مما يجمعون" (Itu lebih baik dari pada apa yang mereka kumpulkan ), sesungguhnya segala sesuatu yang membuat bahagia didunia ini apabila dikumpulkan tak akan bisa mengalahkan kebahagiaan bersama Al-quran.
            Kita selaku beriman sudah semestinya kita selalu intropeksi diri dan selalu menanyakan kepada hati kecil kita kenapa kita bahagia dan kenapa kita bersedih, andai kita diberi hadiah miliyaran rupiah kita pasti akan bahagia, tapi pertanyaan kabahagian mesti kita ketahui jawaban pasti kenapa kita bahagia dan seberapa persen bahagia mendapatkan hadiah tersebut bila dibandingkan dengan persenan kebahagian kita membaca dan berteman dengan Al-quran. kita sama-sama mengharapkan dan berdoa kepada Allah agar kita bisa menentukan barometer atau ukuran standar kebahagian yang sebenarnya dalam menjalani kehidupan yang penuh fitnah ini. Wallahu A’lam.
           
           

Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment

 

Sample Text

Sample Text