Oleh : Muhammad Afdhal Sulaiman
Next…Bus mulai berjalan dan
meninggalkan kota cairo menuju arah
timur mesir sekitar pukul 11.00 CLT. Dua jam perjalanan kami sampai diterusan
suez. Terusan suez adalah merupakan terusan kapal
sepanjang 163 Km yang terletak di Mesir, menghubungkan Pelabuhan Portsaid (Būr Sa'īd) di Laut Tengah
dengan Suez (al-Suways) di Laut Merah.
Untuk menyebrangi terusan ini tak memerlukan kapal atau jembatan, akan tetapi
Kita melewati terusan ini melalui terowongan yang dibangun dibawah dasar air.
Terusan ini sangat unik dan mebuat kita terperangah. jika kita melewati terusan
suez ini kita serasa berjalan dari benua afrika ke benua asia dalam dua menit,
krena terusan suez ini pembatas antara benua afrika dan benua asia. Jadi Mesir
terletak didua benua yaitu Afrika dan Asia. persis Turki yang juga terletak
didua benua yaitu Asia dan Eropa.
Masih seputar terusan suez, Terusan Suez ternyata adalah sebuah karya agung
berdasar ide dan gagasan cemerlang sekaligus membuktikan kejeniusan Amirul
Mukminin Umar Bin Khaththab raddiyallahu’anhu. Ide jenius beliau menghubungkan
Laut Merah dan Laut Tengah karena adanya berbagai potensi domestik yang sudah
dikenal pada zamannya. Juga kejeniusan beliau patut kita berbangga karenanya,
karena kemampuan beliau mewujudkan proyek tersebut dalam waktu relatif singkat sehingga
terusan tersebut bisa dilalui oleh kapal-kapal.
Ok..forget about suez…!! Setelah melewati terusan suez bus
terus berjalan dengan begitu cepat menuju semenanjung Sinai. Sebelum sampai
Sinai saya dan teman-teman menyempatkan untuk singgah di mata air musa sekitar
pukul 15.15 CLT. Uyun Musa merupakan batu yang telah dipecahkan oleh Nabi Musa
dengan tongkatnya, kemudian terpancar 12 mata air untuk memberi minum 12 suku
kaumnya seperti yang telah dinyatakan oleh Allah Taala:
"Dan ingatlah ketika Musa memohon air untuk kaumnya , lalu kami berfirman: "pukullah batu itu dengan tongkatmu, lalu terpancarlah dari padanya 12 mata air. Sesungguhnya tiap-tiap suku kaum kamu telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing) makan dan minumlah rezeki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi ini dengan membuat kerosakan".
"Dan ingatlah ketika Musa memohon air untuk kaumnya , lalu kami berfirman: "pukullah batu itu dengan tongkatmu, lalu terpancarlah dari padanya 12 mata air. Sesungguhnya tiap-tiap suku kaum kamu telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing) makan dan minumlah rezeki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi ini dengan membuat kerosakan".
Saya pribadi sangat bersyukur sampai ditempat ini, karena
diberi kenikmatan untuk melihat secara langsung tempat-tempat yang dikisahkan
oleh Alquran yang mana Alquran adalah Firman Allah yang suci. serasa berada
diposisi orang-orang Israel yang seakan-akan mata ini melihat pancaran mata air
itu sehingga menjadi sumur sebagai kebutuhan orang-orang israil pada zaman dahulu. Sungguh kenikmatan
ini tiada tara yang mana kesempatan seperti ini jarang sekali diberikan kepada
orang lain. Ya Allah…kuatkan iman kami melalui tadabbur ini…
Setelah setengah jam waktu yang diberikan untuk melihat
sekitar sumur (maksudnya mat air musa) tsb kami melanjutkan perjalanan menuju
Sinai. Tepat adzan subuh kami sampai di Kaki bukit Sinai. Seharusnya kami
sampai disinai pukul 10 malam. Dikarenak kondisi perjalanan yang tidak aman,
disetiap daerah kami berhenti di pos-pos polisi untuk menunggu jadwal polisi
untuk mengiringi kami sampai ke pos polisi selanjutnya sehingga perjalan menuju
kaki Sinai jadi terlmbat.
Seiring kumandang adzan saya dan teman-teman antrian di
daurotul miyah untuk berwudhu dan terus melaksanakn solat subuh berjamaah
bersama masyarkat dimasjid yang kira-kira berjarak satu kilo dari gerbang
pendakian dikaki bukit Sinai. Setelah solat subuh kami bersiap-siap menuju kaki
bukit Sinai. Ketika kami sampai dikaki Sinai kami tak menyangka rupanya Sinai
sedang diguyur hujan sehingga sekitar Sinai begitu dingin. Sebelum saya dan teman-teman
bertolak untuk mendaki, ketua KMM mengumumkan bahwa keadaan suhu dipuncak -4'C.
beliau meminta keputusan dari kami apakah kami akan tetap mendaki dalam keadaan
hujan dan hawa yang sangat dingin ketika itu, yang pastinya -4'C dipuncak tak
diragukan lagi keberadaan saljunya. Maka sepontan kami memutuskan tetap ingin
mendaki krena sejatinya tujuan kami mendaki memang ingin melihat salju
tersebut, terlebih lagi saya pribadi sangat menginginkan mendaki bukit itu
mskipun dingin menerpa dan hujan mengguyur.
Bukit Sinai adalah bukit dimana Nabi musa dahulu menerima
wahyu dari Allah untuk pertama kalinya. Bukit Sinai juga dijadikan tempat
dimana nabi musa mencurahkan hati segala permasalahan ummat. Beliau selalu mengadu ketika ummat terlalu sulit
untuk menerima ajarannya. Dibukit ini
saya benar-benar merasa seakan-akan kehidupan Nabi Musa berada didepan
mata saya. Serasa melihat Nabi Musa mendaki bukit itu untuk mengadu kepada
Allah. Ya Allah....jadikan hamba orang yang tak pernah lupa kepadamu..ku ingin
selalu mengadu kepadaMu seperti mereka para nabiMu yang selalu curhat kepadamu.
Amiien.....
Dengan membaca
Bismillah tepat pada jam 07.30 pagi saya dan teman-teman mulai mendaki,
meskipun dingin dan diguyur hujan saya tetap yaqin berhasil mendaki bukit tersebut.
Tak ada kata mustahil dalam hidup ini jika niat kuat terus tertancap dalam
hati. Ketika Dalam perjalanan rasa penat dan letih terus mulai menegosiasi
untuk berhenti, saya pun menyempatkan istirahat dipos-pos yang berada disetiap
setengah jam perjalanan. Selain istirahat saya juga menyediakan beberapa
bungkus roti dan sebotol minuman untuk bekal ketika haus dan lapar mulai
terasa. Akan tetapi sebenarnya bukan roti dan sebotol minuman ini yang membuat
kaki ini kuat untuk melangkah. Melainkan hati yang jauh lebih kuat ini yang
terus membisikkan keseluruh angota tubuh untuk bertahan dan terus melanjutkan
pendakian tanpa purtus asa. Rasanya ingin sekali cepat menuju puncak. Ingin
sekali menjadi orang yang petama sampai
kepuncak bukit itu. meskipun saya tak ditakdirkan menjadi orang indonesia pertama yang sampai
puncak, maka saya berusaha untuk menjadi yang pertama dalam kelompok rihlah
ini. Dan andai juga tak bisa menjadi yang pertma sampai kepuncak dari kelompok
pendakian ini, maka saya ingin menjadi orang yang pertama dari kampung saya
Aurcino yang sampai kepuncak.