Social Icons

Pages

Friday 3 May 2013

Rihlah ke Sinai (Bukit Thursina)

Oleh : Muhammad Afdhal Sulaiman

Beberapahari yang lalu saya mengikuti rihlah bersama rombongan organisasi minang di mesir. Organisasi minang di mesir biasa disingkat dengan KMM (keluarga Mahasiswa Minang). Jumlah kami yang berangkat rihlah kali ini berjumlah 99 orang. Selaku organisasi besar dan beranggotakan yang cukup banyak maka tidak heran yang ikut rihlah bersama KMM pun sampai dua bus. Ini cukup banyak dibandingkan dengan organisasi lain yang bisasanya Cuma satu bus. 

 

Next…Bus mulai berjalan dan meninggalkan kota cairo  menuju arah timur mesir sekitar pukul 11.00 CLT. Dua jam perjalanan kami sampai diterusan suez. Terusan suez adalah  merupakan terusan kapal sepanjang 163 Km yang terletak di Mesir, menghubungkan Pelabuhan Portsaid (Būr Sa'īd) di Laut Tengah dengan  Suez (al-Suways) di Laut Merah. Untuk menyebrangi terusan ini tak memerlukan kapal atau jembatan, akan tetapi Kita melewati terusan ini melalui terowongan yang dibangun dibawah dasar air. Terusan ini sangat unik dan mebuat kita terperangah. jika kita melewati terusan suez ini kita serasa berjalan dari benua afrika ke benua asia dalam dua menit, krena terusan suez ini pembatas antara benua afrika dan benua asia. Jadi Mesir terletak didua benua yaitu Afrika dan Asia. persis Turki yang juga terletak didua benua yaitu Asia dan Eropa.

 

Masih seputar terusan suez, Terusan Suez ternyata adalah sebuah karya agung berdasar ide dan gagasan cemerlang sekaligus membuktikan kejeniusan Amirul Mukminin Umar Bin Khaththab raddiyallahu’anhu. Ide jenius beliau menghubungkan Laut Merah dan Laut Tengah karena adanya berbagai potensi domestik yang sudah dikenal pada zamannya. Juga kejeniusan beliau patut kita berbangga karenanya, karena kemampuan beliau mewujudkan proyek tersebut dalam waktu relatif singkat sehingga terusan tersebut bisa dilalui oleh kapal-kapal.

 

Ok..forget about suez…!! Setelah melewati terusan suez bus terus berjalan dengan begitu cepat menuju semenanjung Sinai. Sebelum sampai Sinai saya dan teman-teman menyempatkan untuk singgah di mata air musa sekitar pukul 15.15 CLT. Uyun Musa merupakan batu yang telah dipecahkan oleh Nabi Musa dengan tongkatnya, kemudian terpancar 12 mata air untuk memberi minum 12 suku kaumnya seperti yang telah dinyatakan oleh Allah Taala:
"Dan ingatlah ketika Musa memohon air untuk kaumnya , lalu kami berfirman: "pukullah batu itu dengan tongkatmu, lalu terpancarlah dari padanya 12 mata air. Sesungguhnya tiap-tiap suku kaum kamu telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing) makan dan minumlah rezeki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi ini dengan membuat kerosakan".

 

Saya pribadi sangat bersyukur sampai ditempat ini, karena diberi kenikmatan untuk melihat secara langsung tempat-tempat yang dikisahkan oleh Alquran yang mana Alquran adalah Firman Allah yang suci. serasa berada diposisi orang-orang Israel yang seakan-akan mata ini melihat pancaran mata air itu sehingga menjadi sumur sebagai kebutuhan orang-orang  israil pada zaman dahulu. Sungguh kenikmatan ini tiada tara yang mana kesempatan seperti ini jarang sekali diberikan kepada orang lain. Ya Allah…kuatkan iman kami melalui tadabbur ini…

 

Setelah setengah jam waktu yang diberikan untuk melihat sekitar sumur (maksudnya mat air musa) tsb kami melanjutkan perjalanan menuju Sinai. Tepat adzan subuh kami sampai di Kaki bukit Sinai. Seharusnya kami sampai disinai pukul 10 malam. Dikarenak kondisi perjalanan yang tidak aman, disetiap daerah kami berhenti di pos-pos polisi untuk menunggu jadwal polisi untuk mengiringi kami sampai ke pos polisi selanjutnya sehingga perjalan menuju kaki Sinai jadi terlmbat. 

 

Seiring kumandang adzan saya dan teman-teman antrian di daurotul miyah untuk berwudhu dan terus melaksanakn solat subuh berjamaah bersama masyarkat dimasjid yang kira-kira berjarak satu kilo dari gerbang pendakian dikaki bukit Sinai. Setelah solat subuh kami bersiap-siap menuju kaki bukit Sinai. Ketika kami sampai dikaki Sinai kami tak menyangka rupanya Sinai sedang diguyur hujan sehingga sekitar Sinai begitu dingin. Sebelum saya dan teman-teman bertolak untuk mendaki, ketua KMM mengumumkan bahwa keadaan suhu dipuncak -4'C. beliau meminta keputusan dari kami apakah kami akan tetap mendaki dalam keadaan hujan dan hawa yang sangat dingin ketika itu, yang pastinya -4'C dipuncak tak diragukan lagi keberadaan saljunya. Maka sepontan kami memutuskan tetap ingin mendaki krena sejatinya tujuan kami mendaki memang ingin melihat salju tersebut, terlebih lagi saya pribadi sangat menginginkan mendaki bukit itu mskipun dingin menerpa dan hujan mengguyur. 

 

Bukit Sinai adalah bukit dimana Nabi musa dahulu menerima wahyu dari Allah untuk pertama kalinya. Bukit Sinai juga dijadikan tempat dimana nabi musa mencurahkan hati segala permasalahan ummat. Beliau selalu mengadu ketika ummat terlalu sulit untuk menerima ajarannya. Dibukit ini  saya benar-benar merasa seakan-akan kehidupan Nabi Musa berada didepan mata saya. Serasa melihat Nabi Musa mendaki bukit itu untuk mengadu kepada Allah. Ya Allah....jadikan hamba orang yang tak pernah lupa kepadamu..ku ingin selalu mengadu kepadaMu seperti mereka para nabiMu yang selalu curhat kepadamu. Amiien.....

 

Dengan membaca Bismillah tepat pada jam 07.30 pagi saya dan teman-teman mulai mendaki, meskipun dingin dan diguyur hujan saya tetap yaqin berhasil mendaki bukit tersebut. Tak ada kata mustahil dalam hidup ini jika niat kuat terus tertancap dalam hati. Ketika Dalam perjalanan rasa penat dan letih terus mulai menegosiasi untuk berhenti, saya pun menyempatkan istirahat dipos-pos yang berada disetiap setengah jam perjalanan. Selain istirahat saya juga menyediakan beberapa bungkus roti dan sebotol minuman untuk bekal ketika haus dan lapar mulai terasa. Akan tetapi sebenarnya bukan roti dan sebotol minuman ini yang membuat kaki ini kuat untuk melangkah. Melainkan hati yang jauh lebih kuat ini yang terus membisikkan keseluruh angota tubuh untuk bertahan dan terus melanjutkan pendakian tanpa purtus asa. Rasanya ingin sekali cepat menuju puncak. Ingin sekali menjadi orang  yang petama sampai kepuncak bukit itu. meskipun saya tak ditakdirkan  menjadi orang indonesia pertama yang sampai puncak, maka saya berusaha untuk menjadi yang pertama dalam kelompok rihlah ini. Dan andai juga tak bisa menjadi yang pertma sampai kepuncak dari kelompok pendakian ini, maka saya ingin menjadi orang yang pertama dari kampung saya Aurcino yang sampai kepuncak. 

 
Setelah menghabiskan dua jam perjalanan saya dan teman-teman berhasil sampai kepncak sinai. Saya berhasil menjadi urutan kedua dari kelompok ini. Dan yang pastinya saya yang paling pertama mendaki bukit ini dari kampung saya. Saya tak menyangka saya sebagai orang kampong terpencil disudut provinsi jambi berhasil menginjakkan kaki dibukit ini. Bahkan saya juga berhasil mengibarkan merah putih sebagai cinta saya dan rasa nasionalisme  terhadap negri saya Indonesia
Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment

 

Sample Text

Sample Text